5 October 2015

Walau Rintangan Membentang

Walau Rintangan Membentang

DIRGAENGGAR.COM - Ketika kau punya masalah, bingung dan harus bagaimana. Kalau yang suka bangun pagi pasti ngerti lagu itu, apalagi yang habis bangun tidur, terus nonton televisi sambil garuk-garuk ketiak yang basah akibat semalam tidak kebagian kipas angin. Yang namanya masalah itu selalu ada dan berbagai bentuk, entah kita sadari atau tidak, entah kita anggap itu sebuah masalah atau hanya sebuah kejadian yang tidak kita inginkan. Tetapi, masalah itu akan terus berada di samping kita dan tidak tahu kapan datangnya.

Saya sendiri punya masalah yang bisa dibilang bukan masalah. Menjadi sebuah masalah ketika saya ingin melakukan sesuatu namun karena hal ini, tindakan saya menjadi terbatas, dan bukan menjadi masalah ketika saya menjalani hidup ini dengan biasa dan tidak melakukan sesuatu yang 'dia' batasi.

Kacamata.

Iya, saya adalah satu karakter dengan kacamata sebagai kekuatan saya. Monkey D. Luffy dengan Gomu-Gomunya, Marshall D. Teach dengan buah Yami Yaminya, dan saya dengan buah tomatnya. Saya menggunakan kacamata sejak kelas 3 SD. Awal mulanya kalau menurut alm. bapak saya disebabkan karena saya sering membaca komik hentai doraemon sambil tiduran bersama janda sebelah. Ya Allah.

Karena sambil membaca tiduran. . . .karena tiduran membaca sambil. . . . . .hmmm karena tiduran sambil membaca membuat otot mata saya menjadi melemah dimana kalau membaca sambil tidur, otomatis buku yang dibaca akan diarahkan ke atas kepala dan menghalangi cahaya. Karena cahaya yang kurang untuk membaca, otot mata saya mengalami kelelahan, seperti kamu menunggu dirinya, lelah kan? Dengan begitu, kelas 3 SD saya sudah memakai kacamata. 

Akibatnya?

Akibatnya banyak sekali. Hobi saya menjadi kurang optimal. meski memang masih menjadi pilihan utama dalam tim sepakbola SD tingkat kecamatan, tingkat kepercayaan diri pun juga semakin menurun. Sepakbola takut bolanya kena muka, dan ketika lari kacamatanya goyang-goyang. Untuk kepercayaan diri ini disebabkan karena tidak banyak anak seusia saya sudah menggunakan kacamatan, dan parahnya ketika masa sekolah, kalau mendapat tempat duduk belakang sendiri, saya sering maju ke depan hanya untuk membaca tulisan guru di papan tulis dan kembali mencatat. Selain itu, ketika tidur juga dibingungkan dengan peletakkan kacamata, salah-salah bisa lupa menaruh kacamata dimana dan bisa tertindih ketika tidur. Apalagi ketika ikut perpisahan kelas, kalau asal taruh bisa kena injak teman-teman, maka dari itu saya terpaksa tidur menggunakan kacamata. Very uncomfortable.

Belum lagi ketika sekolah mengadakan tes lari. Yang namanya mata sudah minus banyak, tidak mungkin untuk melepas kacamata ketika berada di luar ruangan. Maka dari itu, kacamata akan selalu menempel di bawah dahi saya untuk menemani saya berlari. Hasilnya, kacamata melorot terus karena keringat. Jaman 2014 pun datang, yang namanya bioskop sudah menyediakan teknologi 3D, itu teknologi yang bisa bergerak seperti nyata. Perlu adanya media tambahan untuk mendukung 3D ini yaitu kacamata 3D. Saya sudah menggunakan kacamata minus, terus saya menggunakan kacamata 3D, jadi dobel. Kalau menggunakan salah satu juga tidak ada gunanya, jadinya saya tetap setia dengan XXI non-3D. Murah, film sama, dan bisa melihat orang pacaran mojok terus curi kesempatan saat gelap. Berlaku juga dengan kacamata hitam. Nasib ingin bergaya cool pun tidak sampai. 

Pernah kejadian ketika sholat Maghrib berjamaah di masjid (film biru jalan, sholat lanjut *ehh), saya menaruh kacamata saya di depan saya, tepat di sajadah. Yang namanya masjid kan ya banyak anak-anak kecil yang diajakin orang tuanya untuk lebih mengenal ibadah di masjid. Nah, ada anak yang tidak bisa diam, jalan-jalan muterin jamaah yang ada, dan 'Cekleekk', kacamata saya terinjak. Pecah. Hancur. Kratak. Broken. Dan, kejadian itu 2x dengan anak yang berbeda. Untung saja orang tuanya pengertian dan diganti uang. Dari situ, saya trauma untuk meletakkan kacamata saya ketika sholat, entah itu sah atau tidak, saya tidak tahu. Kalau ada pendapat soal ini berbagi ya.

Minus saya sudah 7 untuk yang kiri, dan 6.5 untuk yang kanan. Tebal iya, maka dari itu saya jarang membeli kacamata karena memang model yang saya inginkan kurang cocok untuk lensa yang tebal, kalaupun ditipisin juga tidak terlalu kelihatan tipis. Jangan protes kalau kacamata saya tidak cocok, karena ya itu, susah cari model yang cocok buat saya.

Lepas dari masalah itu semua, Alhamdulillah dengan kacamata ini saya masih bisa melihat keindahan dunia, kebahagiaan melihat senyuman orang tua saya, dan ketentraman hati sewaktu melihat dirimu tersenyum di samping jok kemudi.

Terima kasih.

2 comments:

  1. Keren banget baca hentai sambil tidur. Merem gitu? Ckckckck cadas! Tapi parah banget minusnya, bang. Coba terapi jus wortel madu tiap pagi. Gue dulu minus 3 sama silinder dan pake kacamata juga. Sejak berobat ke klinik tongpeng. Eh ngga deh ga ke sana. Pokoknya jadi ga pake kacamata lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya hmm terus . . . . . .

      gak pernah minum jus wortel lagi sejak masa orientasi siswa waktu SMA, lebih sering jus tomat aja tapi kayaknya gak ngaruh. .

      itu diminum tiap hari atau gimana?

      Delete